Senin, 19 Oktober 2015

Menuju Kue Natal

Menuju umur kue natal. Nyesel sih kenapa dulu bisa sampe mengeluarkan statement kue natal... kan.. kan.. kan kepikiraaaan. 
Buat yg mungkin bertanya tanya maksudnya umur kue natal maksudnya apa. No. Saya gak akan jelaskan. Kan.. kan.. kan.. nanti kepikiran lagi..

Terserah soal kue natal. Saya percaya suatu saat akan ada orang yang tepat di waktu yang tepat. Tidak usah dikejar maupun mengejar.

"try to remember that the universe always has something good in stores... for those who relentlessly strive and believe"

#adt

Selasa, 21 Juli 2015

Eny and her bucket list

Holla..

I'm back!!!

Untuk merayakan berhasilnya blog ini sampai bisa menembus 1000 views. Saya nulis lagi deh. Hhehe (seribu view aja bangga... malu ah sama blog blog yang view-nya sudah ratusan ribu sampai jutaan )

Sebenarnya ini tiba tiba ajah pengen nulis lagi. Padahal banyak draft draft tulisan yang masih belum selesai dan belum di posting. Doh.. en.. en..

Ngomong ngomong soal bucket list. Sebenarnya ini mau nyusun nih. Padahal harusnya disusun awal tahun. Ini di tengah tahun. Ckckck. Semua plan sih udah ada dikepala tapi gak pernah ditulisin dengan rapi. So, mari kita coba susun satu persatu. Oh iya, included yang udah kejadian juga yah

Di 2015 ini saya ingin bisa:

Minggu, 05 April 2015

Blink of eye in Bira Beach

Dari judulnya aja sekejap mata, yah emang benar benar sekejap aja jalan jalan di pantai Bira.

Ceritanya bermula dari hari jumat tanggal 3 april kami sekeluarga ke Bulukumba tujuannya ada tiga, menghadiri acara resepsi pernikahan salah satu kerabat dan mau ke tebing Appalarrang yang lagi heits banget. Dan dari bulukumba niat lanjut ke Bone ke lokasi tambang bapak.

Saya sih ngikut ngikut ajah, sambil berharap harap cemas dalam hati semoga saja ada kesempatan ke pantai. Pantai apapun itu (kalau bisa yang pasir putih sih :p) Soalnya dari awal minggu tiba tiba craving for beach gitu deh (akibat kebanyakan blogwalking di blognya travel blogger) kayaknya pengen liat air laut yang biru jernih di atas pasir putih dengan pemandangan laut yang tidak terbatas.

Oke. Manusia memang punya rencana. Tapi Tuhan yang menentukan. Plan ke kondangan berjalan mulus bahkan sampai datang 2 kali. Di acara siang dan malam (saya pun makan dengan lahap~ *ehh) Nah plan ke Appalarang ternyata gagal karena kakak ku sakit jadinya gak bisa kemana mana. Kalau gak jadi ke Appalarang, gak bisa curi curi kesempatan ke pantai juga dong? Udah panik dalam hati. Sejauh ini ke Bulukumba, saya gagal ke pantai gitu?

Ternyata eh ternyata bapak ada rencana antar kerabat dari Kendari untuk ke Bira. Ada bisnis gitu deh saya gak ngerti juga. Tanggal 4 april pagi bapak siap siap mau berangkat. Saya pun siaga ikutan siap siap. Gak peduli deh ke bira itu cuma ke desanya atau masuk ke area pantai saya gak tau. Yang penting ikut dulu. Hhehehe

Tuhan maha Baik. Ternyata kita masuk ke pantai.. Asyik. Jadi juga main main di pantai. Baru turun dari mobil, saya langsung ngacir ke pantai. Pagi itu sinar  matahari tidak terlalu terik. Mendung dikit. Baguslah gak bikin hitam :p

Sabtu, 28 Maret 2015

Body, Mind and Soul

Beberapa minggu terakhir adalah minggu minggu yang berat. Karena mesti double job di kantor karena peralihan ke kerjaan baru sedangkan kerjaan sekarang belum ada yang cover.

Double job. Double pula capeknya.

Ngantor, kerja ini itu, pulang, kadang lanjut kerjaan yang belum kelar, dan tidur. Begitupun keesokan harinya pola yang sama terus berulang.

Menulis ini bukan untuk mengeluh. Tapi dengan ritme yang sehectic ini saya baru tersadar bahwa badan, pikiran dan jiwa saya tidak berjalan di satu ritme yang sama..

Pikiran saya ingin selalu belajar. Kerjaan baru menuntut banyak hal yang mesti dipelajari dan juga saat ini dituntut untuk bisa bawa mobil sendiri jadi mau tidak mau mesti belajar menyetir. Saya mau mempelajari semuanya tapi, badan ini menuntut untuk istirahat harus cukup. Sedikit saja begadang, besoknya langsung meriang. Sedangkan kesempatan belajar cuma bisa dilakukan sepulang kantor. Tapi karena kelelahan sepulang kantor membuat kadang tidak sanggup lagi untuk belajar nyetir atau duduk lagi depan laptop belajar kerjaan yang baru.

Dan jiwa ini.. mungkin karena inner child saya masih terlalu kuat, jadinya selalu ingin senang senang. Maunya tiap hari happy happy, main main, jalan jalan. Hhehehe

Jadi begitulah. Badan menuntut untuk banyak istirahat, pikiran ingin belajar banyak tapi jiwa ini ingin selalu bersenang senang. Yah ribet mau ikuti yang mana.

Sambil menulis ini pun masih belum menemukan titik temu.

Tapi nikmati sajalah. Mungkin ini yang di sebut proses. Proses menjadi pribadi yang lebih baik (?) Proses menjadi pribadi yang lebih bertanggung jawab(?) Atau proses menjadi apa?

Saya pun tidak tahu. Nikmati sajalah. Mungkin suatu saat saya akan rindu saat saat seperti ini...
:)

Kamis, 19 Februari 2015

A Father Figure

Minggu ini entah kenapa setelah membaca buku "Sabtu Bersama Bapak" aku lebih memperhatikan figur figur ayah di sekitar ku. Mungkin karena di buku itu imajinasi ku dibangun tentang sosok seorang ayah yang baik itu seperti apa, sehingga aku jadi cukup aware dengan tindak tanduk para ayah di sekitar ku (bilang ajah lagi kurang kerjaan En.. hhaha)

Mari kita mulai dengan pak Octav, yang baru saja menjadi seorang ayah Agustus tahun lalu. Kalau kantor lagi selow, dengan mudah kita mendapati dia lagi ketawa ketawa video call-an sama istri dan anak perempuannya yang belum genap setahun. Kalau lagi asik video call-an dia asik sendiri sampai lupa kita kita di sekitarnya lagi cekikikan liatin dia cilukba cilukba-an sama anaknya. Gimana seketika bete kalau tiba tiba jaringan jelek dan video call-nya terputus. Lalu air mukanya berubah sumringah ketika tidak lama setelah itu dia nerima BBM dari sang istri berupa foto anaknya. Only his daughter give him that happiness..

Sosok kedua adalah pak Yosua, ayah dari bocah hiperaktif bernama Andrew yang sebentar lagi berusia 4 tahun. Pak Yosua baru tahun ini pindah ke Makassar. Usia anaknya udah masuk usia playgroup atau TK. Jadi, kalau di kantor lagi selow, dia pasti sibuk browsing cari cari sekolah yang bagus buat anaknya. Terus di telponin satu satu. Kalau ada yang oke, bikin janji sama orang playgroupnya buat visit dulu kesana bareng Andrew dan sang istri. A great father always try to give his only son the best education.

Sosok terakhir adalah pak Yunus. Senior manager yang punya 2 anak perempuan. Salah satunya tengah beranjak remaja. Selasa kemarin telpon beliau untuk mengabarkan kalau penerbangannya dari Palu-Makassar dimajukan ke pagi hari. Beliau oke, lalu beliau meminta maaf kepadaku karena gak sempat datang ke acara resepsi pernikahan kakakku. Ternyata pak Yunus tidak datang karena merayakan ulang tahun anaknya lebih cepat dengan acara makan makan keluarga. Kenapa lebih cepat? Karena ulang tahun anaknya bertepatan dengan saat beliau dinas ke Palu. Sang anak yang akan menginjak usia 14 tahun itu meminta untuk dirayakan lebih dulu yang penting ada ayahnya. Seorang ayah yang kini punya anak gadis akan selalu dia jaga dengan segenap apapun dan dengan semua waktu yang dia punya.

Senin, 16 Februari 2015

Sepenggal Cerita Menuju Sunset

ini cerita minggu kemarin

janjian sama kak erwin di mall. we spending our sunday afternoon di MP. Saya sibuk hunting buku di gramedia dan dia pergi nonton film [entah judulnya apa saya lupa] di XXI. Habis dari situ, bingung lah mau kemana. Mau makan belum laper. Mau pulang, masih sore.. ahahaha

"Pi liat sunset yuk, di akkarena, mumpung masih jam 5, masih keburu"
 " oke. ayok"

maka melajulah 1430 MV menuju akkarena..

Lalu entah cerita dari mana kemana, memasuki jalan metro tanjung bunga, pembicaraan mengarah ke soal jodoh..

" kak, jodoh itu ada waktunya kah? kok orang bisa menikah sampai beberapa kali? tiap kali nikah bilangnya ini jodoh saya, trus pas pisah bilangnya mungkin jodohnya sudah selesai"

"gak gitu en, jodoh itu orang yang akan kamu temani terus sepanjang hidupmu"

"..."

"misalnya, ada laki laki nikah, terus ada anaknya perempuan. Istrinya duluan meninggal. Lalu si suami memilih tidak menikah dan membesarkan putrinya sendirian. Lalu hidup sampai tua dengan anaknya. Berarti jodoh laki laki itu yah anaknya"

"hhah?!"

"jodoh itu tidak terbatas pada siapa pasanganmu kelak"

"...." terdiam, masih mencerna kalimat barusan

sebenarnya masih ada lanjutan adu argumen setelah itu. Tapi off the record saja. kalau diposting begini, saya nanti keliatan begonya berdebat sama mantan ketua himpunan :p

Lalu sampai lah di akkarena, dikit lagi matahari mau terbenam. banyak orang yang sibuk foto foto. Saya juga dengan semangat pergi foto foto sunset.

"kenapa banyak orang pergi foto foto kah? padahal tinggal buka google, search sunset, muncul banyak foto foto sunset yang bagus"

"kakak.. ini bagus kak. ini mainstream. melakukan hal hal yang mainstream menjaga kita untuk tetap waras"

"melakukan hal hal yang mainstream hanya sebagai pembenaran agar tidak terlihat aneh"

"..."

saya kalah lagi.
-_-;